Jumat, 14 Agustus 2009

Gebyar Merah Putihku


Indonesia merah darahku, Putih tulangku, bersatu dalam semangatmu

Indonesia debar jantungku, getar nadiku, bernaung dalam angan-anganmu

Gebyar gebyar kelangit jingga

Indonesia nada laguku, simponi tertegun

Selaras dengan simponimu

Gebyar gebyar kelangit jingga

Biarpun bumi bergoncang, kau tetap Indonesiaku

Andai matahari terbit dari barat, kaupun tetap Indonesiaku

Tak sebilah pedang yang tajam, tak berpaling daku darimu

Kusingsingkan lengan, rawe rawe rantas

Malang malang tuntas, denganmu

-------------------‘’-------------------------

Tentu kita ingat syair lagu diatas, lagu yang dibawakan oleh Si Kurus dengan lengkingan kas suaranya yaitu (alm) Gombloh. Sebuah semangat yang tak pernah lengkang oleh waktu, apapun yang terjadi saat ini di negeri tercinta, tetap Indonesiaku.

Coba kita tengok teroris yang melakukan tindakan yang tidak bermoral hanya karena dendam yang tak beralasan di saat saat Negara sedang membangun kesegala arah kebijakan pemerintah. Arifkah tindakan yang dilakukan teroris tersebut ?

Sebagai warga Indonesia, bagaimanapun kondisinya kita tetap mencintai Indonesia, seperti apa yang diwakili oleh penyanyi (alm) Gombloh tersebut. Semangat sebagai seniman tak pernah takut walau sebilah pedang tajam mengancamnya demi negeri Indonesia.

Kalau kita semua dapat bekerja sama, gotong royong membangun negeri, “rawer awe rantas, malang malang tuntas” pastilah kita akan meraih kemakmuran yang kita harapkan selama ini, walau di usianya Indonesia yang ke 64, kita belum meraih penuh harapan, Insyaallah ……………

Negeri Indonesia adalah sebuah negeri yang telah ada sejak dahulu kala (ratusan ribu tahun). Indonesia sebuah negeri kuno seiring peradaban manusia didunia –bahkan- cerita nenek moyang sebelum nabi Adam, Indonesia sudah ada (perlu penelusuran sejarah/walahu alam).

Menurut pengamatan (diriku), tidak ada tanah di dunia sesubur Indonesia, -tapi belum kaya- karena masyarakat kita masih terlambat cara berpikir dan bertindak. Masyarakat kita masih terbawa arus dengan kebanggaan terhadap luar negeri (terbukti -kelatahan akan produk luar-).

Untuk itu, marilah kita singsingkan lengan, cincingkan celana, bahu membahu dan bergotong royong membangun negeri tercinta. Kita sebenarnya sudah punya modah dengan keberagaman suku, berpetak petak pulau, dan berpuluh-puluh perbedaan pendapat.

Bila kita bersatu padu dengan niatan membangun, sebenarnya tidak sulit dengan peralatan seadanya, dengan alat bambupun dapat kita gali kekayaan bumi ini, dengan bambupun kita dapat terbang keangkasa, dengan bambupun kita tembus dunia fatamorgana, dan sejarah berkata dengan bambupun kita merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar